Kaltim.WahanaNews.co, Jakarta - Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN (desain), Density (kepadatan), Diversity (keberagaman), Digitalization (digitalisasi), dan Decarbonization (dekarbonisasi).
Bambang menjelaskan masa depan Asia adalah perkotaan di mana banyak kota-kota di Asia yang berkembang pesat karena dorongan peluang ekonomi dan sosial.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Minta Seluruh Elemen Masyarakat Dukung Rencana Presiden Deklarasi IKN Jadi Ibu Kota Negara Tahun 2028
"Sebanyak 17 dari 33 kota Asia memiliki populasi lebih dari 10 juta jiwa atau yang sering kita sebut sebagai megapolitan atau megapolis," kata Bambang dalam pidato saat prosesi pengangkatan dirinya sebagai profesor kehormatan Universitas Diponegoro yang dipantau secara daring dari Jakarta, Sabtu (09/12/23).
Dia menambahkan, antara 1970 hingga 2017 populasi perkotaan di Asia meningkat rata-rata 3,4 persen per tahun, lebih besar dari negara-negara berkembang di benua yang lain.
Namun, pertumbuhan tersebut juga menimbulkan tantangan dan permasalahan, seperti peningkatan kesenjangan ekonomi, berkurangnya kohesi sosial, dan degradasi lingkungan serta meningkatnya risiko bencana.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Minta Seluruh Lapisan Masyarakat Dukung Rencana Presiden Deklarasi IKN Jadi Ibu Kota Negara Pada 2028
Selain itu, pandemi COVID-19 menimbulkan tantangan baru bagi kota-kota di Asia yang berkaitan dengan bentuk perkotaan, kepadatan, dan perlindungan sosial.
Oleh karena itu, menurut Bambang, diperlukan penerapan kebijakan secara konsisten, agar tercapai mobilitas yang lebih aman, ramah lingkungan dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
"Saya menawarkan pendekatan 5D yang dapat dipertimbangkan untuk menelaah ulang kondisi lingkungan perkotaan," katanya.