Kaltim.WahanaNews.co, Samarinda - Penjabat Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Akmal Malik, menyatakan bahwa diperlukan kerja sama dan sinergi dari berbagai pihak untuk mengubah lahan bekas tambang menjadi lahan produktif untuk pangan, baik dari sumber nabati maupun hewani. Dengan sinergi tersebut, diharapkan tercipta keselarasan dalam pengelolaan dan pemanfaatannya.
"Lahan eks tambang dapat dikelola dengan baik apabila ada orkestrasi yang tepat antara pemerintah daerah, pusat, pelaku usaha, dan pihak lain terkait, dan hasil orkestrasi ini sudah terbukti diterapkan di Kaltim," ujar Akmal di Samarinda, Selasa (26/11/2024).
Baca Juga:
Bawaslu Kaltim Gelar Penguatan Kapasitas Putusan dan Keterangan Tertulis PHP Pilkada 2024
Sejumlah contoh pengelolaan lahan eks tambang oleh perusahaan bersinergi dengan masyarakat setempat seperti di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan menanam rumput odot sebagai pakan ternak.
Kemudian penanaman atau perkebunan kakao di Kabupaten Berau, perkebunan pisang di Kabupaten Kutai Timur, sawah di Kutai Kartanegara, ada SMK swasta di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, menjadikan lahan eks tambang menjadi kebun jeruk.
Kaltim, katanya, telah memberikan kontribusi besar terhadap energi nasional, khususnya melalui tambang batu bara yang menjadi bahan baku utama dalam produksi energi dengan luas tambang mencapai 5,1 juta hektare (ha).
Baca Juga:
DPK Kalimantan Timur Memberdayakan Perpustakaan Desa untuk Wujudkan Inklusi Sosial
“Dari luasan lahan tambang 5,1 juta ha ini, Kaltim memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional. Namun masih ada berbagai tantangan yang dihadapi, terutama dalam membangun keseimbangan antara kewenangan daerah dan pusat,” katanya.
Sebelumnya, Kamis (21/11) saat menjadi narasumber dalam podcast Antara on The Record di studio Antara Heritage Center (AHC), ia juga mengatakan bahwa diperlukan pengelolaan lahan eks tambang yang kreatif.
Hal ini perlu menjadi perhatian karena meski memiliki sisi negatif terkait lingkungan, namun dampak dari pertambangan juga memberikan sisi positif yang dapat dimanfaatkan dengan inovasi dan perencanaan tepat, sehingga bisa untuk mendukung ketahanan pangan dan lainnya.
“Salah satu inisiatif yang perlu mendapat perhatian adalah pengelolaan kebun jeruk seluas 19 hektare oleh pelajar di area eks tambang di Kutai Kartaegara. Program ini tidak hanya memberikan nilai ekonomi, tetapi juga menjadi sarana edukasi yang bermanfaat,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan sosial dalam pengelolaan tambang, seperti untuk pemberdayaan masyarakat lokal, pelestarian lingkungan, serta pengelolaan tambang yang berkelanjutan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]