Kaltim.WahanaNews.co, Samarinda - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim), Jaya Mualimin, menekankan pentingnya Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan generasi yang lebih sehat dan berkualitas.
"Skrining untuk bayi baru lahir memungkinkan deteksi gangguan kongenital sedini mungkin, sehingga intervensi dapat dilakukan secepatnya," ujar Jaya pada Sosialisasi dan Koordinasi Pelaksanaan SHK 2024 yang dihadiri tenaga kesehatan terkait secara daring di Samarinda, Jumat (7/6/2024).
Baca Juga:
Bawaslu Kaltim Gelar Penguatan Kapasitas Putusan dan Keterangan Tertulis PHP Pilkada 2024
Jaya menjelaskan stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian serius di Indonesia. Deteksi dini kelainan bawaan melalui Skrining Bayi Baru Lahir (SBBL) menjadi salah satu langkah penting untuk mencegah stunting dan berbagai penyakit lainnya.
Salah satu penyakit yang dapat dideteksi melalui SBBL adalah Hipotiroid Kongenital (HK) yang cukup banyak ditemui di Indonesia. Deteksi dan pengobatan dini HK sebelum anak berusia satu bulan sangatlah penting untuk mencegah kecacatan dan keterlambatan perkembangan.
"Jika tidak terdeteksi dan diobati dini, HK dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia pada masa depan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar," kata Jaya.
Baca Juga:
DPK Kalimantan Timur Memberdayakan Perpustakaan Desa untuk Wujudkan Inklusi Sosial
Pemerintah Indonesia, lanjutnya, terus berupaya memperluas cakupan program SHK secara bertahap. Pada tahun 2024 program ini telah dilaksanakan pada seluruh provinsi di Indonesia.
"Kalimantan Timur siap untuk melaksanakan program SHK," ucapnya.
Berdasarkan hasil visitasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), UPTD Labkes Provinsi Kaltim telah siap menerima dan melakukan pemeriksaan sampel SHK untuk seluruh kabupaten/kota mulai 1 Juni 2024.