Namun, Amerika Serikat sejauh ini belum menjatuhkan sanksi terhadap para anggota parlemen Rusia, dan hanya memfokuskan diri pada bank, para pengusaha dan keluarga Rusia yang dekat dengan Presiden Putin.
Sanksi yang diumumkan 26 Februari yang memutuskan jaringan pemerintah Rusia dengan dana cadangan yang disimpan di luar negeri dan pembatasan jaringan perbankan internasional lewat SWIFT, menyebabkan pemerintah Rusia kehilangan sekitar 50 persen cadangan mata uangnya.
Baca Juga:
Dandim 0420/Sarko Sambut Kedatangan Danrem 042/Gapu Di Bumi Merangin
Data yang ada menunjukkan bahwa 90 sanksi yang sudah diterapkan ditujukan terhadap para politisi, pejabat tinggi pemerintahan dan pengusaha kaya Rusia. Strategi ini diharapkan oleh pihak Barat akan memberi tekanan keuangan terhadap mereka yang dekat dengan Presiden Putin.
Amerika Serikat sudah mengambil langkah tambahan hari Selasa dan menerapkan larangan segera bagi impor minyak dari Rusia, yang menyebabkan semakin tingginya harga minyak dunia.
"Kami tidak menjadi bagian untuk mensubsidi perang yang dilancarkan oleh Putin," kata Presiden Joe Biden dengan menyebut tindakan mereka ini akan 'memberi pukulan berat; bagi kemampuan Rusia guna membiayai invasi ke Ukraina.
Baca Juga:
Kominfo Klarifikasi Soal Ancaman Sanksi PJP Terkait Judi Online
Rusia memperingatkan pihak Barat hari Rabu (09/03) bahwa negara tersebut akan membalas tindakan yang dirasakan di bagian-bagian penting dunia Barat.
"Reaksi Rusia akan cepat, dipikirkan dengan matang dan menyentuh kawasan yang sensitif," kata Dmitry Birichevsky direktur kerja sama ekonomi Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip kantor berita RIA.
Dr Wolodymyr Motyka seorang pensiunan akademisi dari University of Newcastle kepada ABC mengatakan bahwa sanksi yang diterapkan pihak Barat sekarang mulai memengaruhi perekonomian Rusia.