Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf Frans Teguh menyatakan kendaraan listrik berperan penting dalam membangun Green Economy dan Sustainable Tourism. Mengingat sektor pariwisata sebenarnya bukan hanya korban pemanasan global, tapi juga ikut berkontribusi atasnya. Sebab sektor ini menyumbang delapan persen emisi karbon dunia.
”Karena setiap orang melakukan perjalanan wisata akan menghasilkan emisi karbon, baik itu transportasi, penginapan, maupun aktivitas konsumsi lainnya,” jelas Frans.
Baca Juga:
PLN dan Pemkot Operasikan SPKLU Khusus Angkot Berbasis Listrik di Kota Bogor
Frans memaparkan sejauh ini penyumbang emisi terbesar untuk pariwisata adalah dari transportasi pesawat yang mencapai 49 persen. Berikutnya adalah penginapan yang didominasi oleh penggunaan pendingin ruangan. Maka dari itu, program transisi energi di sektor ini menjadi penting terlebih lagi pasarnya sangat meminati wisata yang mengakomodasi keberlanjutan lingkungan.
Direktur Utama GMF Aeroasia Andi Fahrurrozi tidak memungkiri bahwa industri aviasi/penerbangan berkontribusi besar menyumbang emisi karbon dunia. Baik dari pesawat maupun ekosistem pendukungnya termasuk kendaraan yang beroperasi di bandara.
Untuk itu, perusahaan yang bergerak di bidang Aviasi khususnya Maintenance, Rapair, and Overhaul (MRO) tersebut sedang menjajaki transisi kendaraan pendorong pesawat ( pushback car) dan pengangkut bagasi (baggage tractor) dengan kendaraan listrik.
Baca Juga:
PLN Operasikan SPKLU Khusus Angkot Listrik di Kota Bogor
“Menggantikan pushback car dengan kendaraan listrik karena itu cc-nya sangat besar, 4.000-5.000 cc. Dengan transisi ini harapannya kawasan bandara jadi lebih hijau. Karena di beberapa negara kendaraan dan maintenance pesawat sudah dengan kendaraan listrik,” jelas Andi. [ss]