"Kita tahu bahwa pelaku utama dari pertanian, terutama tanaman pangan dan hortikultura, itu adalah para rakyat kecil kita dan semua pasti membela itu. Kemiskinan utama kita ada di daerah pedesaan yang notabene mata pencaharian mereka terfokus pada bidang pertanian," jelasnya.
Yana mengakui bahwa kondisi ekonomi saat ini dan transformasi ekonomi hingga tahun 2026 menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian.
Baca Juga:
Pemprov Kalimantan Timur Susun Kebijakan Tingkatkan Kompetensi Jasa Konstruksi Lokal
Tiga tahun terakhir, sektor pertanian di Kaltim tidak menunjukkan keuntungan signifikan akibat dampak perubahan iklim.
"Perubahan iklim menyebabkan penurunan produksi pangan secara umum di Indonesia," ungkapnya.
DPTPH Kaltim terus berupaya meningkatkan produksi, terutama pada periode Oktober-Maret, upaya yang dilakukan antara lain membangun bendungan di daerah yang kekurangan air dan mengendalikan serangan hama tanaman akibat perubahan iklim.
Baca Juga:
Bawaslu Kaltim Gelar Penguatan Kapasitas Putusan dan Keterangan Tertulis PHP Pilkada 2024
Selain itu, DPTPH Kaltim juga mengembangkan varietas tanaman tahan kekeringan dan banjir, menerapkan teknologi pertanian hemat air, meningkatkan kapasitas petani dalam menghadapi perubahan iklim, serta melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
"Kami berharap dengan strategi tersebut, sektor pertanian di provinsi ini dapat bertahan dan meningkatkan produksi di tengah tantangan perubahan iklim," demikian Yana.
Sebelumnya Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Standarisasi Instrumen Pertanian Kalimantan Timur (BSIP Kaltim), melakukan perluasan lahan pertanian tanaman pangan dan kegiatan pendukung lain untuk peningkatan produksi, sebagai langkah antisipasi ancaman darurat pangan.