Kaltim.WahanaNews.co, Samarinda - Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Kalimantan Timur telah menyiapkan strategi untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian di provinsi tersebut.
"Strategi kami meliputi pembangunan infrastruktur irigasi, seperti optimalisasi bendungan, dan pengendalian hama tanaman," ujar Kepala DPTPH Kaltim Siti Farisyah Yana di Samarinda, Kamis (10/10/2024).
Baca Juga:
Pemprov Kalimantan Timur Susun Kebijakan Tingkatkan Kompetensi Jasa Konstruksi Lokal
Dia menjelaskan bahwa bendungan memiliki fungsi ganda dalam menghadapi perubahan iklim.
Bendungan dapat memindahkan air ketika terjadi kelebihan air dan mengairi lahan saat kekurangan air, begitu pula penerapan pompanisasi irigasi juga memiliki dua fungsi jika terjadi kelebihan air di sawah, bisa memindahkannya, dan jika kekurangan juga bisa mengairi.
"Jadi, titik-titik yang kita pilih untuk pembangunan infrastruktur ini adalah titik-titik yang memiliki sumber air yang masih banyak," ujarnya.
Baca Juga:
Bawaslu Kaltim Gelar Penguatan Kapasitas Putusan dan Keterangan Tertulis PHP Pilkada 2024
Yana optimistis dengan dukungan pimpinan dan anggota DPRD Kaltim yang baru dilantik. Dukungan tersebut diharapkan dapat memperkuat program-program pertanian sebagai basis pertumbuhan ekonomi.
Ia berharap sinergi antara DPTPH dan DPRD Kaltim dapat ditingkatkan, terutama dalam peningkatan produksi pangan dan hortikultura.
Dia menyampaikan bahwa banyak pimpinan dan anggota DPRD mendukung pembangunan pertanian karena menyadari pelaku utamanya adalah rakyat kecil di pedesaan.
"Kita tahu bahwa pelaku utama dari pertanian, terutama tanaman pangan dan hortikultura, itu adalah para rakyat kecil kita dan semua pasti membela itu. Kemiskinan utama kita ada di daerah pedesaan yang notabene mata pencaharian mereka terfokus pada bidang pertanian," jelasnya.
Yana mengakui bahwa kondisi ekonomi saat ini dan transformasi ekonomi hingga tahun 2026 menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian.
Tiga tahun terakhir, sektor pertanian di Kaltim tidak menunjukkan keuntungan signifikan akibat dampak perubahan iklim.
"Perubahan iklim menyebabkan penurunan produksi pangan secara umum di Indonesia," ungkapnya.
DPTPH Kaltim terus berupaya meningkatkan produksi, terutama pada periode Oktober-Maret, upaya yang dilakukan antara lain membangun bendungan di daerah yang kekurangan air dan mengendalikan serangan hama tanaman akibat perubahan iklim.
Selain itu, DPTPH Kaltim juga mengembangkan varietas tanaman tahan kekeringan dan banjir, menerapkan teknologi pertanian hemat air, meningkatkan kapasitas petani dalam menghadapi perubahan iklim, serta melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
"Kami berharap dengan strategi tersebut, sektor pertanian di provinsi ini dapat bertahan dan meningkatkan produksi di tengah tantangan perubahan iklim," demikian Yana.
Sebelumnya Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Standarisasi Instrumen Pertanian Kalimantan Timur (BSIP Kaltim), melakukan perluasan lahan pertanian tanaman pangan dan kegiatan pendukung lain untuk peningkatan produksi, sebagai langkah antisipasi ancaman darurat pangan.
"Hingga akhir Agustus 2024 kami sudah memenuhi sekitar 70 persen dari beberapa program dan kegiatan peningkatan produksi pangan dari target berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Pertanian (SK Kementan) Nomor 297 untuk target tahun ini," kata Kepala BSIP Kaltim Zainal Abidin.
Ia menjelaskan, perluasan area tanam padi di Kaltim tahun ini ditargetkan mencapai 21 ribu hektare (ha) dari total 40 ribu ha yang harus dituntaskan secara bertahap, sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan sekaligus antisipasi ancaman kekurangan pangan.
"Beberapa area sawah di Kaltim yang dilakukan pompanisasi dari program Kementan dan sudah dilakukan panen kedua tahun ini, berhasil meningkatkan produksi padi, yakni dari sebelumnya 3,8 ton per hektare naik menjadi 4,5 ton per hektare," katanya.
[Redaktur: Amanda Zubehor]