Lewat penambahan itu, pihaknya melihat bahwa kondisi stock pile batu bara masih berada di level aman, berbeda dengan kondisi tahun lalu. Namun sayang, saat ini terjadi tren penurunan stock batu bara PLN.
“Artinya kalo kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka kondisi yang tadinya aman bisa bergeser jadi kondisi krisis kembali,” ujarnya.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Darmawan menegaskan, bahwa pembentukan badan layanan umum (BLU) batu bara merupakan solusi permanen untuk mengatasi persoalan yang terjadi saat ini dan juga di masa yang akan datang.
Dia memaparkan, kebutuhan batu bara dari tahun ke tahun terus mengalami tren peningkatan permintaan. Di 2023, Darmawan menjelaskan, dalam proses pengadaan batu bara pihaknya memperhitungkan dari kebutuhan batubara yang sebelumnya 130 juta MT akan naik menjadi 135 juta MT.
Kemudian pada 2030 mendatang kebutuhan akan meningkat lagi hingga 155 juta MT hingga 160 juta MT. Lewat prediksi ini, tercermin bahwa tren konsumsi batu bara untuk kebutuhan kelistrikan semakin meningkat.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Tidak hanya ada peningkatan dari pasar domestik saja, permintaan batu bara juga tetap menjadi primadona di pasar luar negeri. Misalnya saja, konsumsi batu bara di China juga mengalami tren kenaikan karena adanya peningkatan kapasitas pembangkit batu bara yang akan terus berlanjut hingga 2025. Adapun di negara lain seperti Jerman dan Belanda, mereka mulai mengaktivasi kembali pembangkit batu bara karena ada kekurangan pasokan gas untuk menghadapi musim dingin. Alhasil, permintaan batu bara di pasar dunia juga semakin meningkat.
“Dengan kondisi seperti ini kondisi pasokan batu bara dunia relatif konstan dan demand naik maka harga batu bara sangat tinggi akan terus berlanjut sampai beberapa tahun mendatang,” terangnya.[ss]