Di sisi lain, negara di Asia seperti China dengan lebih dari 400 proyek kawasan urban anyar dan India menolak dihujat.
Mereka justru menyatakan memiliki konsep kota baru ramah lingkungan dan menjamin keberlangsungan kota-kota lokal bersejarah.
Baca Juga:
Destinasi Hits Terbaru Indonesia, 5.000 Wisatawan Serbu IKN Setiap Hari
Sejauh ini, kawasan-kawasan bernilai historis tinggi bersemi kembali di antara kota-kota baru yang ikonis dan modern di Asia, termasuk di Indonesia.
Di tengah perang antara hujatan dan klaim keberhasilan kota baru Asia, para peneliti dan pengamat perkotaan mengajak publik melihat kembali pada fenomena urban sprawl atau rebakan urban yang tak bisa dipisahkan dari tren menjamurnya kota baru.
Indonesia menjadi salah satu tempat tumbuh suburnya rebakan urban.
Baca Juga:
Prabowo Lantik Basuki Hadimuljono sebagai Kepala OIKN
Rebakan urban ini terjadi, antara lain, ketika negara tidak mampu mengendalikan pertumbuhan maupun pemerataan ekonomi yang berbarengan dengan ledakan penduduk sehingga masyarakat sebagai individu maupun swasta mengambil alih peran dengan memenuhi sendiri berbagai kebutuhan dasarnya.
Selain menyesaki setiap sudut di bagian dalam kota yang masih menyediakan rumah murah, kaum urban juga aktif mengambil alih lahan di sekitar kota utama.
Pihak swasta kemudian menyambutnya dengan menyemai bibit pertumbuhan kota baru.