Kaltim.WahanaNews.co, Balikpapan - Universitas Mulia Balikpapan mendukung ketahanan pangan sebagai penopang Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur lewat teknologi.
Rektor Universitas Mulia Balikpapan Muhammad Ahsin Rifa'i, dalam keterangan di Jakarta, Selasa (28/11/23), menyatakan upaya dukungan pangan dari sisi ilmu pengetahuan itu menjadi langkah kampus membantu sekira 1,9 juta orang yang akan pindah ke IKN Nusantara pada 2045.
Baca Juga:
Jokowi Siap Pindah ke IKN Bulan Depan, Usai Rampungnya Bandara
Langkah awal dukungan terhadap IKN itu adalah kolaborasi bersama para pemangku kepentingan, seperti perguruan tinggi lain melalui Simposium Universitas Mulia Balikpapan bertema Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi Tahun 2024.
Simposium tersebut diharapkan memunculkan solusi guna menjawab persoalan ketahanan pangan, serta kajian dari berbagai bidang keilmuan, mulai dari ketahanan pangan, ekonomi bisnis, teknologi informasi, serta hukum.
“Tugas kami sebagai akademisi di Kalimantan Timur tidak hanya di kampus untuk menghasilkan mahasiswa yang cemerlang. Tapi, juga proses penelitian dan pengabdian di masyarakat,” katanya.
Baca Juga:
Keandalan Listrik PLN pada Perayaan HUT ke-79 RI di IKN Diapresiasi Berbagai Kalangan
Menurutnya, sinergi dengan berbagai perguruan tinggi akan mendorong inovasi dan pengembangan solusi untuk masalah ketahanan pangan dengan pemanfaatan teknologi informasi terbaru.
Guru besar Universitas Gunadarma, Achmad Benny Mutiara menjelaskan pemanfaatan teknologi sangat penting untuk meningkatkan produksi serta membangun industri pertanian yang lebih berkelanjutan, termasuk dengan kecerdasan buatan dan robot.
Sementara, Guru besar Universitas Bina Nusantara, Engkos Achmad Kuncoro mengatakan pemanfaatan teknologi dalam industri agrikultur dapat menciptakan sharing economy yang lebih adil, karena petani jauh lebih berdaya dibandingkan pemilik modal atau tengkulak yang selama ini memonopoli pasar dan distribusi.
Menurutnya, melalui pemanfaatan teknologi informasi akan tercipta kemakmuran bagi petani, karena pola ekonomi berbasis koperasi diterapkan secara menyeluruh dalam industri pertanian, perikanan, maupun peternakan.
"Sharing economy bisa menjadi model bisnis yang baik apabila tidak terjadi monopoli,” kata Kun.
Sedangkan Guru besar Universitas Trunojoyo Deni SB Yuherawan mengatakan saat ini banyak marjinalisasi terhadap para petani dalam pengembangan industri pertanian, seperti kriminalisasi terhadap aktivitas petani hingga pengguguran paksa dan pembebasan lahan atas nama kepentingan umum.
“Saya mendorong agar dalam pengembangan industri pertanian atau lainnya harus tetap mengedepankan prinsip-prinsip panduan mengenai bisnis dan hak asasi manusia atau yang disebut UNGP,” ujar Deni.
[Redaktur: Amanda Zubehor]