WahanaNews-Kaltim | Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto mengatakan, logistik energi di Indonesia masih cukup ruwet, meskipun terdapat kilang-kilang di sejumlah lokasi di Indonesia, seperti di Balikpapan-Kalimantan Timur, Pulau Jawa, dan Sorong-Papua Barat.
Keruwetan logistik energi itu terjadi akibat relasi pemerintah ke pemerintah yang belum terkoneksi secara baik satu sama lain.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Demikian juga, koneksi antara pemerintah dan pelaku usaha, serta antara sesama pelaku usaha yang masih bersifat manual.
"Ini yang paling vital, yang paling strategis. Apabila itu terganggu di satu titik, lalu kemudian distribusi energi akan menjadi masalah, dan instabilitas baru juga akan menjadi masalah," kata Andi saat menjadi pembicara pada diskusi "Disrupsi Masif di Pasar Energi Global: Pembelajaran bagi Ketahanan Energi Indonesia" yang diselenggarakan Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) secara daring, Sabtu (23/4/2022).
Pembicara lainnya, Pendiri PYC yang juga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2000-2009 Purnomo Yusgiantoro, Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk Arcandra Tahar, dan Ketua Umum PYC Filda C Yusgiantoro.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Andi menyatakan, saat ini Indonesia dengan penuh semangat memasuki era mobil listrik dan energi baterai listrik. Namun, harus diingat, saat ini Tiongkok telah menjadi raksasa mobil listrik dunia.
"Saya mau mengingatkan bahwa pada dasarnya, hari ini raksasa mobil listrik dunia itu sudah ada, yaitu Tiongkok,” ujarnya.
Pada tahun 2020, lanjutnya, jumlah mobil listrik yang beredar jalan-jalan di Tiongkok telah mencapai 4,5 juta unit dan fasilitas pengisian baterai listrik sebanyak 800 lokasi.