Pada hari Upacara Adat Nyangku, benda pusaka dikirab menuju Pulau Nusa Gede yang ada di tengah danau Situ Lengkong Panjalu, tempat dimakamkannya Raja Panjalu yaitu Prabu Hariang Kancana dan Bupati Galuh terakhir yaitu Cakranagara III.
Sementara puncak Upacara Adat Nyangku yakni membersihkan benda pusaka dengan air dari tujuh sumur itu dan dikeringkan dengan tungku berisi kemenyan. Benda pusaka itu selanjutnya diolesi minyak kelapa murni, dibungkus daun kelapa muda serta dililit kain putih.
Baca Juga:
Yin-Yang konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan Sifat Kekuatan
Setelah selesai ritual pembersihan, benda-benda pusaka tersebut diarak untuk disimpan kembali di Pasucian 'Bumi Alit'.
2. Upacara Tradisional Babarit di Kabupaten Kuningan
Upacara adat juga ada di Kabupaten Kuningan yang bernama Babarit. Upacara Adat Babarit dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat kepada sang pencipta. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Suro oleh masyarakat Desa Saranghiang.
Baca Juga:
Menteri BUMN Apresiasi Gerak Cepat PLN Hadirkan Energi Bersih di IKN
Upacara Adat Babarit dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Desa Sagarahiang, baik yang bertempat tinggal di Desa Saragahiang maupun daerah yang berada dekat dengan Desa Sagarahiang.
Upacara Adat Babarit diawali dengan doa bersama yang dilanjutkan dengan penyembelihan domba. Hal ini diyakini masyarakat setempat dapat menolak bala.
Namun domba yang disembelih harus berjenis domba kendit yang secara kasat mata tidak berbeda dengan domba lainnya. Namun domba kendit ini memiliki warna hitam dengan garis putih melingkar di bagian perutnya.