WahanNews-Kaltim | Dugaan kasus kebocoran data pribadi masyarakat Indonesia kembali terjadi. Kali ini, peretas mengklaim memiliki jutaan data pelanggan PLN dan Indihome.
Para penjahat siber tersebut kemudian menjual data pribadi lewat dark web. Penggunaan dark web menjadi sisi gelap internet yang kerap disalahgunakan untuk melakukan tindak kejahatan atau kriminal.
Baca Juga:
Profil Jisman Hutajulu, Dirjen Ketenagalistrikan ESDM yang Jadi Komisaris Baru PLN
Menurut perusahaan keamanan siber, Kaspersky, dark web adalah kumpulan situs internet tersembunyi yang hanya dapat diakses oleh browser web khusus, demikian dikutip dari laman resminya, Senin (22/8/2022).
Ini digunakan untuk menjaga aktivitas internet anonim dan pribadi, yang dapat membantu dalam kegiatan legal dan ilegal. Ada juga yang menggunakannya untuk menghindari sensor pemerintah untuk berbagai macam kepentingan, kebanyakan untuk kegiatan yang melanggar hukum.
Sementara itu, Geek Flare menyebut bahwa pengguna dark web ini mengaksesnya menggunakan browser unik seperti Tor, yang membuat para penggunanya 'terpantul' melalui banyak simpul internet yang berbeda, sehingga hampir mustahil untuk menentukan titik awal akses mereka ke web.
Baca Juga:
Indonesia Vs Jepang Tanpa Kedip, PLN Sukses Hadirkan Listrik yang Andal
Informasi pribadi yang dicuri menjadi barang yang sering diperdagangkan di pasar dark web. Anda bahkan dapat membeli nomor kartu kredit, segala macam obat-obatan, senjata, uang palsu, kredensial langganan yang dicuri, akun Netflix yang diretas, dan perangkat lunak yang membantu dibobol dari komputer orang lain.
Harga data pribadi bergantung pada kombinasi faktor-faktor seperti jenis data yang dijual, risiko memperoleh data, seberapa baru data itu diperoleh, meningkatnya manfaat pembeli menggunakan informasi, peningkatan kualitas dan keakuratan informasi, dan permintaan dan penawarannya.
Laporan menyatakan bahwa penjahat siber menambahkan lebih dari 22 miliar data baru untuk dijual pada tahun 2020 di dark web.