WahanaNews-Kaltim| PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan mengakuisisi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pelabuhan Ratu milik PT PLN (Persero). Nilai transaksinya disebut mencapai US$800 juta atau setara Rp12,37 triliun (kurs Rp15.474 per dolar AS).
Direktur Transmisi dan Sistem PLN Evy Haryadi mengatakan proses pengambilalihan PLTU berkapasitas 3 x 350 Mega Watt (MW) itu dari PLN ke PTBA nantinya menggunakan skema blended financing yang telah didesain Kementerian Keuangan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Sudah didesain oleh menteri keuangan untuk menerima seluruh dana-dana, pihak-pihak seperti filantropi, green financing," ujarnya di Nusa Dua, Bali, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (21/10).
Evy menambahkan setelah pengalihan PLTU Pelabuhan Ratu rampung, PLN juga akan mencari investor lain yang mau mengakuisisi PLTU Pacitan dengan nilai yang ditaksir mencapai US$800 juta. Sehingga total pengalihan kedua PLTU tersebut mencapai US$1,6 miliar.
"US$1,6 miliar. Untuk PLTU Cilacap masih proses," ujar Evy.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Secara terpisah, Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie C mengungkapkan proses pengalihan PLTU Pelabuhan Ratu masih pada tahap awal. Kesepakatan yang ditandatangani PTBA dengan PLN juga adalah principal framework agreement.
Artinya, masih akan ada proses pembahasan lebih lanjut.
"Kesepakatan ini membuka ruang untuk mencapai kesepakatan terbaik yang memberi nilai maksimal bagi kedua belah pihak," ujar Apollonius.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury menyebut dengan pengalihan aset PLTU batu bara dari PLN ke PTBA diharapkan dapat mempercepat proses pensiun dini PLTU. PLTU tersebut akan mengalami percepatan pensiun dari yang sebelumnya 24 tahun menjadi 15 tahun.
"Ya memang tujuan utamanya setelah nanti diambil alih PTBA kemudian nanti akan mendapatkan pembiayaan dari blended financing kita harapkan kita bisa memperpendek waktu untuk mengkorelasikan PLTU batu bara ini dari yang tadinya 24 tahun menjadi 15 tahun," ujarnya.
Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir berharap perjanjian kerja sama PLTU tersebut bukan hanya sekedar peralihan aset, tetapi dapat membuat PLN fokus dalam mengembangkan energi terbarukan.
"Jangan sampai bukunya sekedar pindah. Power plant beralih dimiliki dan menjadi aset PTBA, sementara PLN mendapatkan cash, terus cash-nya buat apa? Kalau buat renewable energy bagus," kata Erick.
Erick mengatakan pihaknya akan terus mendukung PLN untuk bertransformasi dari penggunaan energi fosil ke energi bersih. Transisi akan dilakukan secara bertahap seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik di masa mendatang.[ss]