Kaltim.WahanaNews.co, Penajam Paser Utara - Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, melatih warga di daerah yang akrab disapa Benuo Taka untuk membuat pupuk kompos sebagai upaya mengurangi tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Buluminung.
"Kami terus sosialisasi kepada warga terkait pengolahan sampah rumah tangga organik dijadikan pupuk kompos," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Penajam Paser Utara Safwana di Penajam, Kamis (14/11/2024).
Baca Juga:
Legislator Balikpapan Harap Penambahan Bank Sampah Kurangi Permasalahan Lingkungan di Kota
Pihaknya memprogramkan setiap tahun memberikan pelatihan pembuatan pupuk kompos dari sampah organik kepada warga setempat.
"Program sosialisasi dan pelatihan itu diharapkan lebih banyak warga mengolah sampah organik menjadi pupuk organik," katanya.
Sampah non-organik, ujar dia, juga memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga warga dianjurkan memilah sampah non-organik yang bernilai ekonomi, seperti kardus, aluminium, dan plastik dan untuk dijual ke bank sampah.
Baca Juga:
Gunungan Sampah TPA di Uganda Longsor, 23 Orang Tewas
Keterlibatan warga dalam mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dan menjual sampah non-organik ke bank sampah, kata dia, dapat mengurangi sampah yang dibuang ke TPA Buluminung.
Produksi sampah di Kabupaten Penajam Paser Utara saat ini tercatat 51,69 ton per hari, sedangkan pengelolaan sampah dituangkan dalam kebijakan dan strategi daerah (jakstrada).
Melalui jakstarada tersebut, ditargetkan pada 2024 penanganan sampah mencapai 70 persen dan sekitar 30 persen sampah dibuang ke TPA Buluminung.
"Ditargetkan pada 2025 pengurangan sampah yang dibuang ke TPA sekitar 28 persen dengan penanganan (pengolahan) mencapai 72 persen," katanya.
Saat ini, telah terbentuk sekitar 40 bank sampah, sedangkan secara bertahap bank sampah bakal diperbanyak di masing-masing desa dan kelurahan di setiap kecamatan.
Dia mengharapkan warga Kabupaten Penajam Paser Utara diharapkan berpartisipasi mengurangi tumpukan sampah di TPA Buluminung untuk meminimalisasi dampak buruk terhadap lingkungan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]