WahanaNews-Kaltim | Pemanfaatan limbah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau abu pembakaran batu bara hasil pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN sebagai material pembangunan rumah, jalan hingga jembatan mampu menekan biaya hingga 50% dibanding material konvensional. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia PLN Yusuf Didi Setiarto.
Ia menjelaskan saat ini FABA telah digunakan untuk membangun 18,8 kilometer jalan serta 2 jembatan. Tak hanya itu, sebanyak 3.000 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) disebut telah memanfaatkan FABA untuk berbagai keperluan.
Baca Juga:
Usut Tuntas Skandal Proyek PLTU 1 Kalbar, ALPERKLINAS: Jangan Sampai Pasokan Listrik ke Konsumen Terhambat
Yusuf mengungkapkan pemanfaatan FABA ini sejalan dengan target Carbon Neutral pada tahun 2060. Ia menyebut FABA yang bukan merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) telah menjadi sumber daya ekonomi sirkuler yang dapat dioptimalkan bagi kemaslahatan bersama.
"Melalui sinergi dengan BUMN, Pemda, TNI, Polri, dan masyarakat luas, kami bergotong royong memberi nilai tambah FABA bagi kebutuhan rakyat. Membangun jalan, rumah, sarana prasarana serta mendorong energi hijau untuk hidup yang lebih baik," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (28/8/2022).
Hal tersebut ia sampaikan dalam pembukaan FGD 'Pemanfaatan FABA dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkuler dan Green Economy Berbasis Keterlibatan Masyarakat' yang digelar oleh anak usaha PLN, PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dan PT Energy Management Indonesia (EMI) di Sleman, Yogyakarta.
Baca Juga:
Soal Rencana Pembangunan PLTN Pertama di Indonesia, ALPERKLINAS Harapkan Pemerintah Sosialisasi ke Masyarakat dengan Masif
Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sarwono Kusumaatmadja mengapresiasi langkah PLN Group yang melibatkan masyarakat dalam mengoptimalkan penggunaan FABA untuk beragam kebutuhan. Menurutnya, pemanfaatan FABA sebagai ekonomi sirkuler merupakan contoh kreativitas menghadapi krisis agar bisa bertahan.
"Ekonomi sirkuler adalah kegiatan berlangsung melingkar di mana ketika satu produk tercipta dan menghasilkan limbah, maka limbah itu dimanfaatkan kembali untuk menciptakan produk lain. Dengan demikian kemajuan perusahaan dan jumlah lapangan kerja baru yang luar biasa akan tercipta," ungkapnya.
Senada, Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. menyarankan perlunya untuk segera menggelar seminar nasional agar pemanfaatan FABA oleh masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas dan masif.
"FABA sebagai alternatif pupuk ini perlu disosialisasikan ke petani secara luas. Ada abu atau debu kok bisa menjadi pupuk, terus bagaimana pemanfaatan lainnya selain untuk pupuk misalnya untuk pemberdayaan UMKM lainnya juga harus dipahami dan diterapkan oleh masyarakat," jelasnya.
Ia menambahkan langkah ini dilakukan untuk mendorong ekonomi sirkuler dalam menunjang ekonomi hijau dan ketahanan pangan. Terlebih, sumber daya alam yang semakin berkurang ke depannya berpotensi membuat pupuk menjadi langka.
Di sisi lain, Pangkogabwilhan II Marsekal Madya TNI Imran Baidirus mendukung penuh pemanfaatan FABA. Ia menyatakan akan turut memanfaatkan FABA untuk pembangunan sarana dan prasarana di wilayahnya.
"Saya usul disusun juga komposisi standar penggunaannya, bagaimana metode/caranya membuat pupuk. Jadi memudahkan masyarakat pengguna tanpa coba-coba," pungkasnya.
Acara ditutup dengan penanaman tanaman pangan dan bioenergi sebagai langkah nyata upaya sirkuler ekonomi dalam menunjang program ekonomi hijau dan pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo pada berbagai kesempatan.