WahanaNews-Kaltim | Pemerintah harus berkomitmen untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebagai upaya untuk Indonesia bebas emisi ungkap Suparman sebagai pengembang teknologi nuklir utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Perlu komitmen pemerintah untuk memutuskan dan menetapkan pembangunan PLTN, agar riset dan penguasaan teknologi yang telah dilakukan dapat mendukung pemerintah menuju net zero emission [bebas emisi]," kata Suparman dalam keterangannnya pada Senin (14/2).
Suparman mengatakan komitmen tersebut perlu diwujudkan dengan pembuatan nuclear energy program implementation organization (NEPIO) atau organisasi yang mengoordinasikan program PLTN.
Baca Juga:
Jepang Tegaskan Pelepasan Air Olahan ALPS Fukushima Penuhi Standar Keamanan Internasional
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia sudah dilakukan sejak 1970-an, namun sejauh ini belum ada yang didirikan. (AFP PHOTO / FRANCOIS NASCIMBENI)
"Berbagai aspek kita sudah siap untuk membangun PLTN. Penguasaan teknologi kita sudah mampu, tinggal mempraktikkannya saja," katanya.
Indonesia kini menjadi pemimpin dalam penyelenggaraan Presidensi G20, dan transisi energi hijau berkelanjutan sebagai upaya bersama mengurangi emisi karbon merupakan salah satu fokus utama dalam agenda internasional tersebut.
Baca Juga:
Utusan China Serukan Pengawasan Internasional atas Pembuangan Nuklir PLTN Fukushima
Berbagai negara di dunia termasuk Indonesia telah berkomitmen untuk mewujudkan ruang hidup bebas emisi (Net Zero Emission) yang terangkum dalam target Kesepakatan Paris.
Indonesia sendiri menargetkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) bisa mencapai 23 persen pada 2025.
Energi nuklir merupakan salah satu kelompok EBT yakni sebagai energi baru yang tidak menghasilkan emisi karbon.
Suparman menuturkan para periset di Indonesia telah menguasai teknologi mulai dari penambangan bahan uranium, teknologi bahan bakar, teknologi reaktor, hingga teknologi pengelolaan limbah nuklir.
Sementara itu dari sisi penyiapan tapak PLTN, telah selesai dilakukan studi kelayakan tapak di Jepara dan Bangka Belitung.
Kemudian atas permintaan Pemerintah Kalimantan Barat, kini juga dilakukan studi tapak yang berlokasi di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
Lebih lanjut, menurut Suparman, sumber daya manusia juga telah disiapkan dengan adanya kampus-kampus yang mencetak lulusan-lulusan teknik nuklir seperti Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) BRIN.
Ia menjelaskan perencanaan pembangunan PLTN sebetulnya telah digaungkan sejak 1970-an, yang mana penelitiannya berpusat di Kawasan Nuklir Serpong di Tangerang Selatan, Banten.
Kawasan Nuklir Serpong adalah kawasan pusat penelitian, pengembangan dan perekayasaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir yang dibangun untuk tujuan mendukung usaha pengembangan industri nuklir dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia.
Namun, sampai saat ini belum ada komitmen pemerintah yang memutuskan untuk membangun PLTN di Tanah Air. [Ss]