"Genangan banjir terjadi pada daerah paparan banjir yang telah dihuni penduduk dan kawasan di pinggir jalan provinsi karena terbatasnya kapasitas gorong-gorong, penyempitan saluran, dan tidak adanya saluran drainase yang memadai," jelasnya.
Secara topografi lokasi KIPP ialah daerah berbukit, lalu bagian hilir relatif datar berupa kawasan rawa.
Baca Juga:
Jokowi Siap Pindah ke IKN Bulan Depan, Usai Rampungnya Bandara
Banjir selalu terjadi berulang di tempat yang sama, karena beberapa kondisi topografi yang bergelombang, adanya bottle neck, serta ada bangunan yang masuk pada badan sungai, serta tingginya sedimentasi akibat pembukaan lahan di hulu.
"Selain permukiman penduduk yang menjadi perhatian adalah akses jalan nasional dari Samboja menuju Sepaku yang juga berpotensi terendam banjir," tandas Harya.
Skema Otorita IKN
Baca Juga:
Keandalan Listrik PLN pada Perayaan HUT ke-79 RI di IKN Diapresiasi Berbagai Kalangan
Secara terpisah, Sekretaris Otorita IKN Achmad Jaka Santos Adiwijaya menjelaskan, Otorita IKN bersama instansi terkait melakukan identifikasi dan kajian terkait faktor biofisik serta sosial ekonomi masyarakat.
Selain itu, segera menghitung curah hujan tertinggi dan luas daerah tangkapan khsusnya hulu DAS yang tertampung dan kecepatan aliran ke badan sungai dan muara (Input berupa CH dan Outflow berupa debit)
Menurutnya, pembangunan IKN Nusantara dalam bentuk bangunan/gedung, jalan, saluran drainase, embung, waduk dan lainnya tentu berdampak pada perubahan landscape.