Rasulullah bersabda, “Puasa itu adalah perisai, jika suatu hari salah seorang di antara kalian dalam keadaan berpuasa, maka hendaknya dia tidak berkata kotor dan berteriak-teriak. Jika seseorang mencela dan mencacinya, hendaknya ia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’”Bukhari dan Muslim
Juga hadits Nabi yag berbunyi, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari)
Baca Juga:
Jelang Idulfitri, Tri Adhianto Bagikan Beras dan Sarung untuk Marbot Masjid
Menginterpretasi hadits di atas Ibnul Arabi dalam “Fathul Bari” menjelaskan bahwa “Konsekuensi dari hadits tersebut, siapa saja yang melakukan dusta yang telah disebutkan, balasan puasanya tidak diberikan. Pahala puasa tidak ditimbang dalam timbangan karena telah bercampur dengan dusta dan yang disebutkan bersamanya.”
Ketiga, bertaubat dari segala dosa dan memanfaatkan lipatan pahala. Setiap kita adalah insan-insan yang berlumuran dosa.
Karenanya saat Allah menyediakan ampunan di bulan ini dengan memanfaatkan ibadah-ibadah di dalamnya adalah ciri keberhasilan seseorang yang berpuasa.
Baca Juga:
Perkuat Silaturahmi Legislatif-Eksekutif, DPC PKB Kota Bekasi Undang ‘Bukber’ Wakil Wali Kota Bekasi
Ibadah-ibadah penyerta puasa seperti salat tarawih, tilawah, sedekah, itikaf dan zakat fitrah tidak hanya mengandung ganjaran berupa ampunan juga ganjaran berupa pahala yang berlipat ganda.
Mereka tidak berhenti di bulan ramadan saja. Salat tarawih di bulan ramadan akan berlanjut di bulan-bulan lainnya dalam bentuk tahajud atau qiyamullail.
Begitu pula dengan tilawah, sedekah, dan kecintaanya terhadap dakwah.