Pasalnya, serangan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945, menjadi tragedi yang mustahil dapat dihapuskan dari benak pemerintah dan seluruh rakyatnya.
Hal itu menjadi salah satu penyebab mengapa Jepang menjadi pihak paling tersulut emosi ketika Kim Jong Un kembali meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM), yang dinilai terbesar sejauh ini.
Baca Juga:
China Ancam AS, Minta Segera Kurangi Senjata Nuklir
Menteri Pertahanan Jepang, Makoto Oniki bereaksi sangat marah menanggapi tindakan itu. Ia menilai Kim Jong Un hanya memperburuk suasana di tengah konflik antara Rusia dengan Ukraina.
Kemarahan Jepang merambat hingga ke pertemuan antara Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida dan Duta Besar AS, Rahm Emanuel selama kunjungan ke Hiroshima, Sabtu, 26 Maret 2022.
Melalui hasil kunjungan di lokasi serangan bom atom dalam Perang Dunia II tersebut, Jepang dan AS mengeluarkan peringatan keras terhadap Rusia dalam penggunaan senjata nuklir miliknya.
Baca Juga:
Pertemuan Epik Prabowo-Putin: Langkah Besar Menuju Era Baru Nuklir
Peringatan pada Moskow utamanya dipicu oleh reaksi Pemerintahan Putin yang menolak mengesampingkan persenjataan nuklirnya, pada Selasa lalu, 22 Maret 2022.
Rusia bahkan mengklaim pihaknya berhak meledakkan senjata penghancur massal itu dalam perang Ukraina jika posisi mereka terancam.
Sambil mengunjungi taman dan museum memorial perdamaian, Fumio Kishida dan Rahm Emanuel menyerukan ungkapan Rusia adalah negara yang tidak berbudi.