Larangan Jokowi berpotensi membuat India kekurangan minyak nabati.
"Kapal kami yang berbobot 16 ribu ton tertahan di Pelabuhan Kumai (Kalteng) di Indonesia," ungkap Direktur Pelaksana Gemini Edibles & Fats India Pvt Ltd Pradeep Chowdhry yang mengaku membeli 30 ribu ton minyak sawit RI setiap bulannya, dikutip dari Reuters.
Baca Juga:
GAPKI Desak Pembentukan Badan Sawit Nasional di Bawah Pemerintahan Prabowo
Selain India, beberapa negara lain juga berpotensi mengalami disrupsi pasokan. Lantas, seberapa besar dampaknya?
Mengutip rilis ASEAN Briefing, disebutkan India, China, Pakistan, dan Spanyol yang merupakan pasar utama CPO RI lah akan paling terdampak.
Sekitar setengah dari konsumsi minyak sawit mentah India berasal dari Indonesia, sebesar 8 juta ton per tahun.
Baca Juga:
Harga CPO Naik Signifikan, Dorong Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Dengan larangan tersebut, minyak nabati, yang sudah berada pada titik tertinggi sepanjang masa, diperkirakan akan meningkat lebih jauh.
Merek global juga diperkirakan terkena dampak larangan tersebut. Pada 2020, Nestle membeli sekitar 450 ribu ton minyak sawit dan minyak inti sawit dari Indonesia dan Malaysia.
Sedangkan, P&G menggunakan sekitar 650 ribu ton minyak sawit selama tahun fiskal 2020-2021 untuk beragam produk kategori kecantikan dan rumah. Sekitar 70 persen minyak sawitnya bersumber dari Indonesia dan Malaysia.