Perjanjian kerja sama pun dirancang dengan duduk bersama, sehingga desa-SMK berkolaborasi meningkatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di desa untuk meningkatkan kesejahteraan siswa dan masyarakat lewat kewirausahaan.
Masyarakat bisa mengakses sarana dan prasarana di SMK, sebaliknya SMK juga bisa mendapat dukungan dari desa.
Baca Juga:
Dikbud Sultra Gagas Program Tenun Masuk Sekolah untuk Lestarikan Warisan Budaya Daerah
Kepala SMK Al Falah Moga, Pemalang, Rujito DW, mengatakan, SMK punya potensi, tapi belum terbuka dan tahu untuk memanfaatkannya.
Selama ini program yang didengungkan selalu tentang bermitra dengan industri dan menyiapkan siswa terserap ke sana.
Padahal, siswa SMK di desa juga sebenarnya punya hak sama, tapi sulit mengakses ke industri, termasuk untuk magang atau praktik kerja industri terbatas.
Baca Juga:
SMK Bima Utomo BS Dinilai Gagal, Siswa Dipaksa Mundur: Kemanakah Peran Dinas Pendidikan?
Tamatan SMK di industri hanya akan menduduki posisi sebagai operator dan untuk level di atasnya butuh gelar diploma.
Padahal, di desa juga ada potensi-potensi industri, mulai dari pertanian, peternakan, kelautan, dan sebagainya.
Dengan gerakan SMK Mbangun Desa yang dikembangkan sejak tahun 2019, inisiatif untuk bergerak dengan pihak desa pun terbuka.