WahanaNews-Kaltim | Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memaparkan, konsep pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara mengedepankan konsep Indonesia Sentris. Sebagaimana cita-cita Presiden pertama Indonesia Soekarno yang ingin menempatkan Kalimantan sebagai pusat pemerintahan.
Hal ini disampaikannya dalam webinar yang bertemakan Sharing Session tentang IKN Baru Indonesia, Jumat (18/2).
Baca Juga:
Megawati Segera Umumkan Capres PDIP di Tahun 2023
"Konsepsinya Ibu Kota Negara baru ini merupakan penjabaran dari Indonesia Sentris dan secara historis apa yang dilakukan oleh Bung Karno pada tahun 60 sudah menempatkan Kalimantan itu sebagai koridor strategis guna menatap masa depan dunia yang berada di Pasifik," ungkap Hasto.
Dalam acara tersebut juga turut serta Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, arsitek dari Jepang Kengo Kuma, Arsitek Sofian Sibarani, Arsitek Yori Antar, Arsitek Popo Danek, Ketua Badan Sayembara Arsitek Indonesia Andi Harapan dengan moderator diskusi Richard Susilo.
Mahasiswa Doktoral Universitas Pertahanan ini menjelaskan, Kalimantan sebagai IKN sudah sebagai konsekuensi geopolitik Indonesia.
Baca Juga:
Tak Hadiri Acara Puan di Semarang, Ganjar Ngaku di Jakarta
"Mengingat di depan Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur itu terbentang suatu kawasan perdagangan strategis dari Selat Lombok hingga ke Selat Makassar," ungkap Hasto.
Karena itu, kata Hasto, pembangunan IKN ini sebenarnya mencerminkan geopolitik dari Soekarno yang mencerminkan suatu kepemimpinan Indonesia yang bebas dari penjajahan.
"Kemudian semangat dunia baru yang demokratis yang mengedepankan eksistensi damai," ungkap Hasto.
Dia juga berharap, desain IKN Baru harus mencerminkan keseimbangan, bukan hanya modern saja tetapi harus sesuai kultur dan budaya Indonesia.
"Mementingkan suatu keseimbangan bagaimana alam raya di Kalimantan Indonesia dan dunia dengan berbagai filosofi, seperti di Bali dikenal konsepsi Tri Hita Karana. Karena itulah tata ruang dan arsitektur harus mencerminkan kepemimpinan Indonesia, kultur Indonesia, dan halaman Indonesia. Suatu spirit modern city, smarty city, tapi harus didasari oleh nature kita, culture kita. Itu suatu hal yang penting dan menjadi roh desain arsitektur," kata Hasto.
Menurut Hasto, IKN yang bernama Nusantara ini melambangkan jembatan antara histori Indonesia.
"Ini pada dasarnya merupakan suatu jembatan histori antara masa lalu Indonesia dan kemudian mimpi Indonesia membangun peradaban dunia. Inilah yang kita harapkan sebagai suatu core value dalam membangun tata kota dan arsitek dari ibu kota baru," kata Hasto.
Dalam kesempatan yang sama, Hasto memberikan apresiasi ke narasumber arsitek Yori Antar yang telah mengangkat kembali konsepsi arsitektur berdasarkan budaya dan kondisi geografis Indonesia.
"Bung Karno sejak awal menegaskan pentingnya Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan, membangun jalan berdiri di atas kaki sendiri. Apa yang disampaikan Pak Yori menggambarkan kebangkitan spirit itu. Spirit untuk mengangkat arsitektur Indonesia yang jika digali muatan filosofisnya juga luar biasa," ucap Hasto.
"Pak Yori telah menggali keseluruhan khasanah arsitektur Indonesia untuk ditampilkan dalam kesadaran iklim dua musim dan pemahaman terhadap ruang publik serta sistem sosial gotong royong," tambah Hasto.
Sementara, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengajak semua pihak bergotong-royong membangun IKN.
"Ini menjadi center pembangunan, pemerataan pembangunan Indonesia. Mudah-mudahan bisa menjadi kenyataan," ungkapnya.
Arsitek dari Jepang Kengo Kuma juga mengungkapkan IKN di Kalimantan diharapkan menjadi contoh atau model bagi Ibu kota terutama di Asia.
"Kalau perlu, bahkan satu-satunya setelah Corona selesai menjadi satu-satunya Ibu Kota yang berdiri setelah Corona dan menjadi model yang sangat baik, contoh bagi dunia, dimana sebagai Ibu Kota Negara yang sangat asri, menciptakan hal yang positif yang ada," kata Kuma. [Ss]