"Kamu membuatku marah!" tegas Aliza Bin Noun.
Para diplomat Eropa yang berpartisipasi dalam pertemuan itu menjelaskan Walla News bahwa suasana pertemuan itu dengan cepat menjadi tidak terkendali dan memburuk.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Beberapa pejabat mencoba meredakan suasana tetapi gagal, dan diskusi berakhir dengan "krisis besar".
Israel memiliki pemerintahan baru Juni lalu. “Tak lama setelah dilantik, otoritas baru mengumumkan ribuan izin bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza untuk bekerja di Israel dan menyetujui banyak aplikasi pembangunan di Area C Tepi Barat, langkah yang belum terlihat selama bertahun-tahun,” ungkap laporan The Times of Israel.
Pada akhir Oktober, Israel mengumumkan rencana membangun lebih dari 3.000 unit permukiman baru di Tepi Barat.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Rencana semacam itu mendapat kecaman dari Amerika Serikat, dengan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengecam proyek itu sebagai, "Sama sekali tidak konsisten dengan upaya menurunkan ketegangan dan untuk memastikan ketenangan, dan merusak prospek solusi dua negara."
Wilayah Tepi Barat yang dikendalikan Israel dilihat Palestina sebagai bagian dari negara masa depan mereka.
Sementara Tel Aviv menghadapi tuduhan dari kritikus "mencuri" tanah itu. Israel memandang Tepi Barat sebagai tanah Yahudi secara historis. Klaim ini jadi alasan Israel mengusir dan menjajah warga pribumi Palestina. [As]