Dalam mitologi Dieng, bocah bajang atau anak berambut gembel dianggap sebagai titisan para leluhur Dieng Plateau.
Untuk anak laki-laki, rambut gembel sebagai tanda titisan Kiai Kolodete. Yaitu, penguasa Dataran Tinggi Dieng yang bersemayam di Telaga Balaikambang.
Baca Juga:
Yin-Yang konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan Sifat Kekuatan
Adapun rambut gembel pada anak perempuan dianggap sebagai titisan Nyai Dewi Roro Ronce, abdi penguasa Pantai Selatan Nyai Roro Kidul.
Sifit menceritakan kepada pengunjung saat berjumpa di kediaman mbah Sumanto, pemangku adat di Dieng Kulon, awal mulanya saat mengetahui putri bungsunya itu memiliki rambut gimbal ketika Syla berumur dua tahun. Sebelum rambut gimbalnya muncul, Syla demam hebat berhari-hari. Hingga dibawa ke dokter pun, Syla tak kunjung membaik.
“Demam tinggi berhari-hari waktu ia umur dua tahun,” katanya.
Baca Juga:
Menteri BUMN Apresiasi Gerak Cepat PLN Hadirkan Energi Bersih di IKN
Keunikan lainnya muncul saat Syla berumur empat tahun persis saat pandemi melanda tanah air. Jika ada orang yang akan meninggal biasanya ia mengalami saat-saat ketakutan selama beberapa waktu.
“Bilanh emoh-emoh (tidak-tidak) seperti melihat sesuatu gitu. Dan ternyata setelah itu, ada kabar tetangga meninggal dunia. Ketakutan Syla itu terus berulang selama satu tahun. Hingga akhirnya Syla sudah tidak seperti itu lagi, mungkin karena sudah terbiasa, lantaran pandemi COVID-19 waktu itu banyak menyebabkan korban jiwa,” ujarnya.
Sang Ayah Wagiyo pun berharap dengan mengikuti upacara rambut gimbal. Putrinya bisa kembali normal seperti anak-anak lainya.