Fedik mengatakan sampel varian Delta didapat dari dokter hingga staf Unair yang sebelumnya terinfeksi, lalu diteliti.
"Delta itu campuran varian Afrika Selatan, Inggris, dan India, jadi campuran itu berarti virus sudah menginfeksi orang beberapa kali," katanya.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
Ia menambahkan para peneliti Unair siap mengembangkan Vaksin Merah Putih yang saat ini berplatform inactivated virus ke dalam platform live-attenuated virus atau virus aktif yang dilemahkan tapi masih mampu menginfeksi inang dengan kondisi ringan.
Live attenuated virus dapat diproduksi dengan melakukan kultur virus berulang-ulang hingga agen penyebab penyakit itu kehilangan kemampuan menimbulkan penyakitnya.
"Varian baru bisa saja nanti didesain untuk vaksin live attenuated yang dilemahkan, tapi masih hidup itu masih bagus kita cari yang mild untuk netralisasi yang lain. Kalau inactivated adalah virus yang dimatikan karena DNA/RNA di dalamnya difragmanted. Live attenuated masih hidup tapi gennya dilemahkan," katanya.
Baca Juga:
Pemkab Batang, Massifkan Pencegahan Kasus Flu Singapura (HFMD)
Sementara itu, Vaksin Merah Putih pada hari ini resmi memasuki uji klinik fase 2 untuk diujicobakan pada subjek penelitian manusia untuk mengukur efektivitas vaksin, khasiat dan mutu.
Uji klinik fase II akan mengikutsertakan 405 subjek yang akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok yang akan mendapatkan vaksin dosis 3 mcg dan 5 mcg serta vaksin kontrol yang akan diberikan dua kali suntikan dengan interval 28 hari.
Uji klinik fase 3 untuk penentuan jenis sasaran kelompok usia dilakukan secara pararel dengan uji coba booster atau dosis penguat bergulir mulai 28 Mei 2022.