WahanaNews-Borneo | Ilmuwan mengkonfirmasi varian Covid-19 baru yang merupakan mutasi dari varian delta dan omicron, ditemukan contoh kasus di Eropa dan Amerika Serikat.
Dikutip dari Live Science, varian hybrid baru, yang secara tidak resmi dijuluki "deltacron", dikonfirmasi melalui pengurutan genom yang dilakukan oleh para ilmuwan di IHU Méditerranée Infection di Marseille, Prancis.
Baca Juga:
Kekhawatiran Pakar soal Kombinasi Covid-19 Delta dan Omicron
Hasil penelitian mengenai mutasi ini diunggah di jurnal medRxiv pada Selasa (8/3), dan belum mendapatkan tinjauan dari dunia ilmiah (peer review).
Varian gabungan atau hybrid muncul melalui proses yang disebut rekombinasi, ataup roses ketika dua varian virus menginfeksi pasien secara bersamaan, bertukar materi genetik untuk menciptakan keturunan baru.
Mengutip makalah medRxiv, para ilmuwan mengatakan bahwa "tulang punggung" varian deltacron berasal dari varian delta, sementara protein lonjakannya, yang memungkinkan virus memasuki sel inang, berasal dari omicron.
Baca Juga:
Ini Organ Tubuh yang Diincar Omicron
"Kami telah mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian #SARSCoV2 yang beredar. Perlu menunggu eksperimen untuk mengetahui sifat-sifat virus ini. Pentingnya pengurutan, analitik & berbagi data yang cepat saat kita menghadapi pandemi ini," tulis kepala ilmuwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Soumya Swaminathan dalam Twitter pribadinya @doctorsoumya, Rabu (9/3).
Diberitakan The New York Times, ilmuwan berharap kemunculan mutasi baru ini tidak membuat masyarakat panik karena hingga saat ini belum ditemukan bukti-bukti bahwa varian ini bisa berkembang biak secara cepat.
Ahli virus di Institut Pasteur di Inggris, Etienne Simon-Loriere, mengatakan bahwa analisis genome dari varian rekombinan juga tidak menunjukkan akan muncul fase baru pandemi.
"Permukaan virusnya sangat mirip dengan Omicron, sehingga tubuh akan mengenalinya seperti mengenali Omicron," kata Simon Loriere.
Ilmuwan juga meyakini bentuk spike virus yang khas dari Omicron membuat varian ini tidak mendorong kasus bergejala berat.
Varian Omicron bisa secara sukses menginvasi sel-sel di hidung dan saluran pernapasan bagian atas, tapi tidak begitu bisa menembus paru-paru. Rekombinan Deltacron diprediksi memiliki karakteristik serupa.
Ditemukan di Beberapa Negara
Varian baru Deltacron diyakini sudah beredar sejak Januari lalu dan ditemukan di Denmark dan Belanda menurut GISAID, sementara dalam jurnal varian ini disebut terdeteksi di beberapa wilayah Perancis.
Selain itu, menurut The Guardian, sekitar 30 kasus telah diidentifikasi di Inggris.
Perusahaan riset genetika di California, Helix, telah mengidentifikasi dua kasus di Amerika Serikat, seperti dikutip dari Reuters.
Maria Von Kerkhove, pemimpin teknis COVID-19 untuk WHO, mengatakan dalam konferensi pers bahwa sejauh ini para ilmuwan belum melihat adanya perubahan dalam tingkat keparahan varian baru dibandingkan dengan varian sebelumnya, tetapi banyak penelitian ilmiah sedang berlangsung.
"Sayangnya, kami berharap melihat rekombinan karena inilah yang dilakukan virus. Mereka berubah seiring waktu," ujar Maria, seperti dikutip dari Live Science.
"Kami melihat tingkat sirkulasi yang sangat intens dari SARS-Cov-2. Kami melihat virus ini menginfeksi hewan dengan kemungkinan menginfeksi manusia lagi," tambahnya. [Ss]