Beruntung, Howard Schultz sangat pandai dibidang olahraga terutama olahhraga basket dan juga sepakbola di sekolahnya. Ia kemudian menerima beasiswa sepak bola dari Northern Michigan University pada tahun 1970.
Setelah mendapatkan gelar bidang ilmu komunikasi dari Northern Michigan University pada tahun 1975, Howard Schultz kemudian mulai bekerja di Xerox Corporation dengan posisi sales representatif. Sebagai staff penjualan. Setelah lama bekerja di Xerox, Schultz kemudian pindah kerja ke perusahaan asal Swedia bernama Hammarplast yg bisnisnya menjual peralatan pembuat kopi di Amerika. Schultz bekerja sebagai direktur penjualan untuk wilayah pemasaran Amerika Serikat.
Baca Juga:
Tren Kopi Sumedang Naik Daun, DiskopUKMPP: Ini Saatnya Inovasi dan Ekspansi!
Pada tahun 1980an, Schultz kemudian mengunjungi salah satu pelanggannya yakni kedai kopi yang baru dibeli oleh Starbucks Coffee Company yang saat itu masih kecil di wilayah Seattle, Amerika Serikat. Schultz amat penasaran sebab pelanggannya tersebut banyak memesan plastik kecurut penyaring untuk membuat kopi. Ia juga takjub dengan semangat dari pendiri Starbuks dalam membuat kopi dan pengetahuannya tentang kopi.
Meskipun perusahaan Starbucks kala itu masih sangat kecil dan hanya memiliki beberapa kedai kopi saja namun penjualannya tiap bulan menunjukan peningkatan yang bagus. Hal itu membuat Howard Schultz menjadi tertarik dengan Starbucks. Ia kemudian menelpon pendiri Starbucks kala itu yakni Jerry Baldwin dan memohon untuk dipekerjakan disana. Saat itu Starbucks sudah berusia 10 tahun.
Di Starbucks, Posisi Howard Scultz sebagai direktur pemasaran perusahaan kopi tersebut. Gaji yang ia terima lebih kecil saat ia bekerja di Hammarplast. Saat ia melakukan perjalanan bisnis di Milan, ia menyadari bahwa banyak kedai kopi di kota tersebut yang tidak hanya menyajikan sebuah kopi espresso yang bagus namun juga kedai kopi disana dapat dijadikan sebuat tempat untuk pertemuan.
Baca Juga:
5 Penyakit Bisa Menyerah jika Anda Minum Kopi Hitam Tanpa Gula
Setelah kembali ke Amerika, Schultz kemudian membujuk pemilik Starbucks agar kedai kopi mereka bisa menawarkan kopi espresso bukan hanya kopi biasa, teh seperti yang biasa mereka tawarkan kepada pembeli. Schultz juga menyarankan agar Starbucks mengubah konsep kedai kopinya agar mirip seperti sebuah restoran dimana pembeli dapat bersantai menikmati kopi mereka.
Namun usulan dari Schultz ditolak oleh Jerry Baldwin, alasannya mereka belum siap untuk masuk ke bisnis restoran seperti yang ditawarkan oleh Schultz. Akhirnya Schultz kemudian memutuskan untuk keluar dari Starbucks pada tahun 1985. Schultz kemudian bertekad mendirikan kedai kopi sesuai dengan keinginannya. Namun usaha tersebut tidaklah mudah. Modal yang ia butuhkan sebesar 400.000 dollar. Ia tidak mempunyai uang sebanyak itu. Disisi lain istrinya juga sedang mengandung anak pertama mereka yakni Eliahu Jordan Schultz.
Pemilik Starbucks saat itu yakni Jerry Baldwin dan Gordon Bowker menawarkan bantuannya, Schultz juga menerima modal sebesari 100.000 dollar dari seorang dokter yang amat terkesan dengan usaha Schultz.