KALTIM.WAHANANEWS.CO, Samarinda - Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur (BI Kaltim) menyatakan bahwa deflasi sebesar 0,25 persen pada Februari 2025 menunjukkan kondisi perekonomian Kaltim tetap stabil. Jika perekonomian daerah ini terpengaruh oleh dinamika global, kemungkinan besar akan terjadi inflasi tinggi.
"Secara bulanan, Kaltim mengalami deflasi 0,25 persen (month to month/mtm) pada Februari 2025, mencerminkan bahwa kondisi ekonomi yang tetap stabil dan terkendali di tengah dinamika global," kata Kepala BI Perwakilan Kaltim Budi Widihartanto, di Samarinda, Rabu (5/3/2025).
Baca Juga:
Sidak Pasar Cisalak, Plh Wali Kota Depok Pastikan Harga Bahan Pokok Stabil Jelang Ramadan
Deflasi Kaltim pada periode ini, salah satunya disebabkan oleh tekanan kelompok harga yang dikendalikan pemerintah, di antaranya kebijakan diskon 50 persen untuk tarif listrik bagi pelanggan rumah tangga dengan daya hingga 2.200 VA.
Deflasi Kaltim utamanya disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, serta kelompok transportasi.
Hal itu terlihat dari komoditas tarif listrik secara bulanan memberikan andil deflasi sebesar 0,51 persen (mtm), karena adanya implementasi kebijakan diskon tarif listrik yang ditetapkan oleh pemerintah.
Baca Juga:
Ekonomi RI 2025 Diprediksi Bakal Banyak Tantangan, Tapi Penjualan Skincare Meningkat
Di sisi lain, penahan laju deflasi pada Januari 2025 adalah oleh kelompok angkutan udara seiring dengan meningkatkan permintaan menjelang hari besar Idul Fitri.
Budi juga mengatakan, upaya pengendalian inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) terus dilakukan untuk menjaga stabilitas harga yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se- Kaltim.
Sedangkan untuk memastikan ketersediaan pasokan, terus dilakukan produksi pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani melalui berbagai program, antara lain mekanisasi pertanian, bantuan pupuk, bantuan sarana dan prasarana pertanian kepada kelompok tani di Kaltim.
Salah satu upaya untuk menjaga keterjangkauan harga selama Ramadhan, katanya lagi, terus dilakukan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang dilaksanakan secara serentak di kabupaten/kota pada Maret ini.
Selain itu, GPM juga telah diselenggarakan pada bulan Februari di Kota Samarinda, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang.
Sebagai penguatan komunikasi efektif, komunikasi antar-TPID se-Kaltim terus dilakukan melalui rapat koordinasi untuk mengambil langkah konkret, menyosialisasikan diversifikasi pangan dalam rangka mendukung penguatan ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan, dan imbauan belanja bijak.
"Untuk Maret ini tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring berakhirnya masa diskon listrik serta meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, maka kami imbau masyarakat belanja bijak, membeli sesuai kebutuhan agar harga tetap stabil," katanya pula.
[Redaktur: Amanda Zubehor]