WahanaNews-Kaltim | Meskipun masih asing di telinga masyarakat Tanah Air, Djony Saksono merupakan salah satu tokoh kunci di industri tembakau dan rokok nasional.
Sebagai pengingat, industri itu memang masih dikuasai oleh beberapa pemain besar, seperti HM Sampoerna (HMSP), Gudang Garam (GGRM), Grup Bentoel, dan Djarum.
Baca Juga:
Proyek IKN Disetop Sementara per 10 Agustus, Basuki Beberkan Alasannya
Akan tetapi, Djony melalui emiten kecil miliknya fokus melakukan ekspansi bisnis di sektor yang relatif berbeda dengan kompetitor lain.
PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) milik Djonny, yang berkantor pusat di Malang ini, fokus memproduksi tembakau iris dalam kemasan (tembakau linting) atau dalam istilah internasional dikenal sebagai roll your own tobacco product.
Tidak seperti bos rokok lain yang memiliki gurita grup bisnis raksasa, seperti Djarum yang bahkan mengendalikan emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, Djonny tidak diketahui memiliki perusahaan publik lain yang terdaftar di pasar modal selain ITIC.
Baca Juga:
Praja IPDN Sukses Jalankan Latsitardanus ke-XLIV Di Kalimantan Timur
ITIC sendiri merupakan emiten yang relatif baru menjadi perusahaan publik, setelah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 4 Juli 2019 dengan melepas 29,13% kepemilikan saham kepada masyarakat di harga Rp 219 per saham dan berhasil mengumpulkan dana IPO Rp 60,02 miliar.
Sebelum IPO, Djonny diketahui memiliki 90,10% saham ITIC yang dimiliki secara langsung.
Selain itu Djonny juga memiliki saham tidak langsung melalui PT Anugerah Investindo Nusantara (AIN) yang sebelum IPO menguasai 9,90% sisanya.
Kepemilikan Djonny di AIN mencapai 75%, dengan 25% sisanya dikuasai oleh istrinya.
Hingga September tahun ini, Djony Saksono tercatat sebagai pemegang saham utama dan pemegang saham pengendali ITIC dengan kepemilikan langsung sebesar 63,85%.
Selain itu, ia juga mengendalikan 75% dari 7,02% saham yang dimiliki AIN.
Secara total, jumlah saham yang ia miliki di ITIC mencapai 69,11%.
Djony menjabat sebagai Presiden Direktur, baik di ITIC maupun AIN.
Sedangkan istrinya, Shirley Suwantinna, merupakan Komisaris Utama di kedua perusahaan tersebut.
Lalu berapa kekayaan Djonny dari saham itu?
Sebagai gambaran, pada penutupan perdagangan, Rabu (17/11/2021), saham ITIC tercatat terkoreksi 1,88% ke level Rp 318 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 295,39 miliar.
Artinya, kekayaan Djonny dari kepemilikan saham di ITIC saja adalah sebesar Rp 204,24 miliar.
Tentu, jika yang bersangkutan memiliki bisnis lain di luar ITIC, jumlah ini bisa meningkat drastis.
Kekayaannya relatif kecil mengingat pangsa pasar ITIC di industri rokok nasional juga dapat dikatakan sangat kecil.
Saat ini, kapitalisasi pasar dari empat emiten rokok yang melantai di Indonesia diperkirakan berkisar Rp 180 triliun, turun nyaris 30% dari setahun yang nilainya mencapai Rp 255 triliun.
Kapitalisasi pasar tersebut tidak mencapai 1% dari total kapitalisasi pasar gabungan empat emiten rokok yang melantai di bursa. (As)