WahanaNews-Borneo | Tsunami merupakan bencana yang dapat terjadi di semua lautan di dunia, di laut pedalaman maupun perairan luas. Pada hakikatnya setiap wilayah di dunia memiliki siklus frekuensi dan polanya sendiri dalam menghasilkan tsunami yang ukurannya kecil hingga besar dan sangat merusak.
Dikutip dari laman itic.ioc-unesco.org, Kamis (13/1/2022), sebagian besar tsunami terjadi di Samudra Pasifik dan laut sekitarnya. Banyak tsunami juga terjadi di laut yang berbatasan dengan Samudra Pasifik.
Baca Juga:
22 Tsunami Gate dan 20 Akselerograf Siap Deteksi Bahaya Megathrust di Banten
Kondisi ini terjadi karena Samudera Pasifik mencakup lebih dari sepertiga permukaan bumi dan dikelilingi oleh serangkaian rantai pegunungan berapidan busur pulau yang disebut "cincin api" serta parit laut dalam.
Lokasi ini merupakan tempat gempa bumi kerap terjadi,seperti di lepas pantai Kamchatka, Jepang, Kepulauan Kuril, Alaska, dan Amerika Selatan.
Tsunami dihasilkan oleh gempa bumi dangkal di seluruh wilayah perairan Pasifik, tetapi gempa bumi di Pasifik tropis cenderung berukuran sedang. Meskipun tsunami jenis ini dapat menghancurkan lokasi yang jaraknya dekat, namun energi tsunami meluruh dengan cepat dalam jarak yang jauh. Dalam jarak beberapa ratus kilometer dari sumber tsunami, biasanya tidak menimbulkan kerusakan.
Baca Juga:
Mitigasi Megathrust: BMKG Apresiasi Daerah yang Siap, Tapi Tantangan Tetap Ada
Sebaliknya, tsunami yang ditimbulkan oleh gempa bumi besar di Pasifik Utara atau di sepanjang pantai Pasifik Amerika Selatan, dampaknya lebih hebat. Keterangan dari laman International Tsunami Information Center (ITIC), tsunami ini bisa terjadi rata-rata sekitar setengah lusin setiap abad.
Tsunami dari salah satu wilayah ini pernah menyapu seluruh Pasifik, dipantulkan dari pantai yang jauh, dan menggerakkan seluruh lautan selama berhari-hari. Misalnya, tsunami Cile pada tahun 1960 menyebabkan kematian dan kehancuran di seluruh Pasifik. Bahkan di perairan Hawaii, Samoa, dan Pulau Paskah, semuanya mencatat kenaikan melebihi 4 meter dan menyebabkan 61 orang tewas di Hawaii dan 200 orang meninggal di Jepang.
Tsunami serupa pada tahun 1868 dari Cile utara menyebabkan kerusakan parah di Kepulauan Austral, Hawaii, Samoa, dan Selandia Baru. Meskipun tidak sering, tsunami destruktif juga telah terjadi di Samudra Atlantik dan Samudra Hindia, Laut Mediterania dan bahkan di perairan yang lebih kecil, seperti Laut Marmara, di Turki.
Pada tahun 1999, gempa bumi besar di sepanjang zona Sesar Anatolia Utara, menghasilkan tsunami lokal, yang sangat merusak di Teluk Izmit. Dalam satu dekade terakhir saja, tsunami mematikan telah terjadi di Cilei (2007, 2010), Haiti (2010), Indonesia (2004, 2005, 2006, 2010), Jepang (2011), Peru (2001), Samoa - Samoa Amerika - Tonga (2009), Solomon (2007). Dari jumlah tersebut, hanya Indonesia (2004) dan Jepang (2011) yang menyebabkan kerusakan parah dan kematian. [As]