WahanaNews-Borneo| Harga bahan bakar minyak (BBM) dengan oktan atau RON 95 di Malaysia dijual sebesar RM 2,05 atau setara Rp 6.998 per liter.
Berbeda dengan Pertamax yang memiliki RON lebih rendah yaitu RON 92 namun dibanderol lebih mahal, yakni Rp 12.500-Rp13.000 per liter.
Baca Juga:
Pengumuman! Harga BBM Pertamina Naik, Berlaku Mulai Hari Ini
Sebagai informasi, semakin tinggi angka oktan, BBM lebih lambat terbakar dan tidak meninggalkan residu pada mesin.
Sehingga, akan semakin bagus untuk performa mesin.
Dihimpun dari laman Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna Malaysia (KPDNHEP), harga sejumlah BBM di Malaysia pada 31 Maret-6 April 2022 antara lain:
Baca Juga:
Megawati: Naiknya Harga BBM Hasil Pertimbangan Matang
RON 95: RM 2,05 atau setara Rp 6.998 per liter
RON 97: RM 3,91 atau setara Rp 13.346 per liter
Diesel: RM 2,15 atau setara Rp 7.339 per liter
Harga-harga tersebut, nantinya akan diperbarui setiap Kamis oleh KPDNHEP.
Lantas, mengapa harga BBM di Malaysia lebih murah?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan BBM di Malaysia lebih murah dibanding harga BBM di Indonesia. Berikut ulasannya:
Subsidi BBM Indonesia lebih beragam
Pakar ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, subsidi BBM di Indonesia jauh lebih beragam dibanding Malaysia.
Indonesia memiliki Premium dengan Ron 88 dan Pertalite dengan RON 90 yang masih disubsidi pemerintah.
Belum lagi menurut Eddy, penyesuaian harga Pertamax Jumat lalu yang masih di bawah nilai keekonomiannya, membuat pemerintah ikut menggelontorkan subsidi untuk BBM RON 92 ini.
Sementara di Negeri Jiran, pemerintah cukup memberikan subsidi BBM RON 95 dan RON 97 lantaran sudah tidak ada BBM dengan oktan di bawah itu.
“Indonesia harus subsidi RON 88 dan RON 90. Tapi karena kenaikan kemarin (Pertamax) ikut disubsidi sekarang. Jadi Indonesia subsidinya lebih banyak. Mereka hanya (RON) 95 dan 97, mereka cukup subsidi 95 ke atas,” terangnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (2/4/2022).
Subsidi BBM Malaysia lebih banyak
Selain itu, Eddy juga menuturkan, APBN Malaysia sekitar 78,5 miliar dollar AS dan subsidi energinya sekitar 6,65 miliar dollar AS. Sehingga, subsidi energi Malaysia memiliki ruang sekitar 8,5 persen dari total APBN.
Menilik APBN Indonesia, sekitar Rp 2.700 triliun sedangkan subsidi energi total sebesar Rp 134 triliun.
“Subsidi energi Rp 134 triliun ini energi total bukan hanya BBM. BBM dan LPG hanya Rp 77 triliun, ini sebelum kenaikan Pertamax kemarin. (Persentase subsidi BBM dan LPG) cuma 2,85 persen,” terang Eddy.
Sementara itu, pengamat ekonomi dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, Malaysia memberikan banyak subsidi BBM kepada rakyatnya.
“Pada tahun 2022 pemerintah Malaysia bahkan mengestimasi naiknya subsidi BBM menjadi 6,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 96,4 triliun,” ujar Bhima, dihubungi terpisah oleh Kompas.com (2/4/2022).
Bhima menambahkan, subsidi tersebut digunakan pemerintah Malaysia untuk menahan harga BBM dari kenaikan yang berlebihan karena dianggap penting bagi pemulihan daya beli masyarakat.
Indonesia lebih banyak impor BBM
Malaysia merupakan produsen minyak dengan total produksi 539 ribu barel per hari.
Sementara konsumsinya, mencapai 727.946 barel per hari. Selisih ini, imbuh Bhima, ditutup dari impor, tapi tidak terlalu besar.
Tak hanya itu, Malaysia juga melakukan investasi skala besar dalam kilang minyak selama 20 tahun terakhir, sehingga sebagian besar kebutuhan BBM di dalam negeri bisa dipenuhi.
Bhima kembali menuturkan, menurut data Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), Malaysia memiliki kapasitas kilang setidaknya 880 ribu barel per hari.
Bandingkan dengan Indonesia yang tertinggal dalam pembangunan kapasitas kilang minyak, sehingga impor BBM di tahun 2021 mencapai Rp 205,7 triliun.
“Semakin tinggi impor BBM, maka semakin mahal harga keekonomian di dalam negeri, belum termasuk risiko fluktuasi nilai tukar,” ujar Bhima.
Biaya logistik Indonesia lebih mahal
Faktor lain yang menyebabkan harga BBM di Malaysia jauh lebih rendah daripada Indonesia adalah biaya logistiknya yang lebih terjangkau.
Wilayah Malaysia lebih sempit dan lebih mudah dijangkau dibanding Indonesia.
Sehingga biaya logistiknya pun lebih efisien atau sekitar 13 persen dari produk domestik bruto (PDB).
“Sementara Indonesia memiliki biaya logistik 23,5 persen dari PDB. Memang sangat boros biaya logistik karena masalah kesenjangan infrastruktur antardaerah, dan faktor geografis,” kata Bhima.
Eddy juga menuturkan, biaya logistik termasuk distribusi BBM ke seluruh wilayah Indonesia memakan biaya besar.
“Indonesia kan bayangkan ke Papua jauh lebih mahal. Malaysia wilayahnya lebih kecil jadi biaya distribusi lebih murah,” kata dia. [Ss/bay]