WahanaNews-Borneo| Amerika Serikat (AS) dikabarkan menarik hampir semua tentaranya dari Ukraina di tengah kemungkinan adanya invasi Rusia ke negara bekas pecahan Uni Soviet tersebut.
“Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah memerintahkan reposisi sementara 160 anggota Garda Nasional Florida" yang berada di negara itu," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam sebuah pernyataan dikutip dari AFP, Sabtu (12/2).
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Kirby mengatakan pasukan tersebut bakal ditempatkan di wilayah lain Eropa.
Sejak 2015, pasukan cadangan dari Garda Nasional AS telah melatih tentara Ukraina bersama tentara dari negara-negara NATO lainnya, terutama Kanada dan Jerman.
"Reposisi ini tidak menandakan perubahan dalam tekad kami untuk mendukung Angkatan Bersenjata Ukraina, tetapi akan memberikan fleksibilitas dalam memastikan sekutu dan mencegah agresi," kata Kirby.
Baca Juga:
Cerita CEO Telegram Pavel Durov Diduga Miliki Empat Paspor
Sebelumnya Sabtu, Amerika Serikat memerintahkan semua staf kedutaan Kyiv non-darurat untuk meninggalkan negara itu karena ancaman invasi Rusia.
Ketegangan selama berminggu-minggu, di mana Rusia telah mengepung tetangga baratnya dengan lebih dari 100.000 tentara, meningkat ketika Kremlin meluncurkan latihan angkatan laut terbesarnya dalam beberapa tahun di Laut Hitam.
Sebelumnya AS berencana mengirim 3.000 tentara tambahan ke Polandia dalam beberapa hari mendatang.
Empat pejabat AS mengatakan langkah itu dilakukan ketika Rusia mengadakan latihan militer di Belarus dan Laut Hitam menyusul penumpukan pasukannya di dekat Ukraina.
Menteri Luar Negeri ASAntony Blinken mengatakan Rusia telah mengumpulkan banyak pasukan di dekat Ukraina.
Pernyataan itu ia sampaikan terkait gambar satelit komersial yang diterbitkan oleh perusahaan swasta AS.
Gambar itu menunjukkan Rusia menempatkan militer mereka di beberapa lokasi dekat Ukraina. Dengan kondisi itu, mereka bisa menginvasi Ukraina kapan saja.
Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan berbicara pada Sabtu (12/2), untuk menyikapi peringatan negara-negara barat tentang potensi perang yang dapat terjadi kapan saja di Ukraina. [Ss]