WahanaNews-Borneo| Sebagian besar kehidupan di Bumi dapat secara luas dibagi menjadi konsumen oksigen dan produsen oksigen.
Keseimbangan pemberi dan penerima oksigen ini menjaga konsentrasi oksigen di atmosfer planet kita sekitar 21 persen.
Baca Juga:
Kehabisan Oksigen dalam Pesawat, Timnas Gambia Nyaris Kehilangan Nyawa
Tetapi, itu tidak selalu terjadi.
Dalam beberapa miliar tahun pertama keberadaan Bumi, oksigen relatif langka.
Kemudian, entah dari mana, gas diatomik itu tiba-tiba meningkat.
Baca Juga:
Buka Konferensi ICORCS 2023, Gubernur Khofifah: Serukan Kemerdekaan Palestina
Lebih banyak oksigen diberikan daripada diambil, tetapi bagaimana dan mengapa itu terjadi?
Para ilmuwan telah merenungkan misteri ini selama bertahun-tahun sekarang.
Para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) memiliki hipotesis baru.
Mungkin beberapa mikroba mengikuti garis antara produsen oksigen dan konsumen.
Mikroba di laut dalam diketahui menggunakan oksigen untuk memecah bahan organik.
Tapi bagaimana jika mikroba lain menggigit oksigen laut sebelum konsumen lain bisa mendapatkannya?
Secara teoretis, jika mikroba hanya mengoksidasi sebagian bahan organik, ada kemungkinan besar sisa-sisa makanan akan berikatan secara kimiawi dengan mineral di sedimen laut.
Sedimentasi oksigen ini akan menjaga bahan organik agar tidak teroksidasi lebih penuh saat dipecah oleh mikroba yang lebih rakus.
Dengan demikian, oksigen akan memiliki peluang untuk menumpuk di air sebelum menetes ke atmosfer.
Kemudian, lautan dapat menyerapnya kembali, menciptakan siklus.
“Itu membuat kami bertanya, apakah ada metabolisme mikroba di luar sana yang menghasilkan POOM (partially oxidized organic matter)?” kenang ahli geobiologi, Gregory Fourier, dilansir dari Sciencealert, Ahad (20/3/2022).
Ternyata, ada.
Mencari literatur ilmiah, Fourier dan rekan-rekannya-Haitao Shang dan Daniel Rothman kemudian menemukan kelompok bakteri yang dikenal sebagai SAR202.
Kelompok bakteri modern ini sebagian dapat mengoksidasi bahan organik di laut dalam saat ini.
Bakteri dapat melakukan ini melalui enzim yang dikenal sebagai Baeyer-Villiger monooxygenase, atau BVMO. [Ss/gun]