WahanaNews-Borneo | Ketegangan Rusia-Ukraina kian meruncing usai Vladimir Putin menyiapkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi. Warga dunia pun khawatir dengan perang Rusia Ukraina yang bisa memicu perang nuklir ini.
Dilansir Science Alert, Senin (28/2/2022), bom atom yang dijatuhkan di Kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang adalah satu-satunya contoh ledakan nuklir dahsyat yang digunakan dalam perang. Peristiwa yang sudah terjadi sekitar 80 tahun lalu itu meninggalkan trauma mendalam.
Baca Juga:
Kapal AS dengan 154 Rudal Mendekat, Korut Tak Sabar Ingin Gunakan Bom Nuklir
Saat ini diketahui ada sekitar 12.700 hulu ledak nuklir yang tersisa di dunia, sebagian besar dimiliki oleh Rusia. Jika sampai perang nuklir meletus antara Rusia dengan Amerika Serikat, seberapa besar peluang manusia selamat dari ledakan dan radiasi yang ditimbulkan?
Dalam video YouTube berjudul 'What if We Have a Nuclear War?', tim dari AsapSCIENCE menguraikan dampak
bom nuklir untuk memprediksi seberapa besar kemungkinan manusia selamat dari ledakan nuklir.
Memang tidak ada cara yang jelas untuk memperkirakan dampak satu bom nuklir, karena itu bergantung pada banyak faktor, seperti cuaca pada hari dijatuhkan, waktu saat bom itu diledakkan, tata letak geografis di mana ia menabrak, dan apakah itu meledak di tanah atau di udara.
Baca Juga:
Bom Nuklir AS Kedapatan Rusak di Belanda, Pentagon Klaim Senjata Palsu
Namun, secara umum, ada beberapa tahap ledakan bom nuklir yang dapat diprediksi dan dapat memengaruhi kemungkinan kelangsungan hidup manusia.
Seperti yang dijelaskan, sekitar 35 persen energi ledakan nuklir dilepaskan dalam bentuk radiasi termal.
Karena radiasi termal bergerak dengan kecepatan cahaya, hal pertama yang dirasakan manusia adalah kilatan cahaya yang menyilaukan.
Cahaya itu sendiri sudah cukup untuk menyebabkan kebutaan kilat yang biasanya bersifat sementara dan dapat berlangsung beberapa menit.
berkekuatan 1 megaton yang dijatuhkan akan membuat orang-orang yang jauhnya hingga 21 km akan mengalami kebutaan kilat pada hari yang cerah dan mereka yang berada sekitar 85 km dari jatuhnya bom nuklir akan mengalami buta sementara.
Dampak lainnya adalah panas yang ditimbulkan dan bisa dirasakan oleh manusia dari jarak belasan kilometer. Pada manusia yang berada di jarak 11 kilometer dari lokasi ledakan nuklir akan menderita luka bakar tingkat pertama.
Sedangkan mereka yang berada pada jarak 8 kilometer akan merasakan luka bakar tingkat tiga yang bisa membuat jaringan kulit melepuh. Luka bakar tingkat tiga ini akan berakibat fatal jika tidak segera mendapat pertolongan medis.
Suhu di dekat lokasi ledakan nuklir akan sangat panas. Di Hiroshima saja, suhu ledakan bom diperkirakan mencapai 300.000 derajat celcius. Ini sekitar 300 kali lebih besar dari suhu ketika manusia dikremasi.
juga mendorong udara menjauh dan menciptakan gelombang kejut yang dapat menghancurkan benda dan merobohkan bangunan. Dalam radius 6 km dari bom 1 megaton, gelombang kejut akan menghasilkan kecepatan angin sebesar 255 km/jam dan 180 metrik ton gaya untuk merobohkan semua bangunan dua lantai.
Sedangkan dalam radius 1 km, tekanan puncaknya empat kali lipat dari jumlah itu dan kecepatan angin bisa mencapai 756 km/jam. Secara teknis, manusia dapat menahan tekanan sebesar itu tetapi orang akan tewas akibat tertimpa bangunan.
Seandainya manusia selamat dari ledakan nuklir, mereka akan menghadapi dampak radiasi berkepanjangan. Karena akan ada efek cuaca yang akan membuat bumi berada dalam musim dingin ekstrem akibat asap dan jelaga yang terlepas ke atmosfer.
Partikel radioaktif juga dapat bertahan lama seperti sebuah studi baru-baru ini yang menemukan sisa-sisa karbon radioaktif dari uji coba.
Sekali lagi, semua ini hipotetis dan ada perjanjian internasional untuk menghentikan penggunaan senjata nuklir. Jadi kita semua berharap tidak akan ada perang nuklir di masa mendatang. [Ss]