MetroNusantaraNews.co | Batik adalah karya seni rupa yang awalnya dibuat dengan teknik manual mengandalkan tulisan tangan dengan canting dan malam. Batik seperti ini dikenal dengan batik tulis.
Melansir detikcom, seorang peneliti dan pustakawan asal Belanda, G.P Rouffaer, mengatakan bahwa teknik semacam itu kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau 7. Demikian seperti dikatakan Suerna Dwi Lestari dalam buku Mengenal Aneka Batik.
Baca Juga:
Perajin Batik Kediri Harap Pemerintah Fasilitasi Penjualan dan Tenaga Kerja
Batik terdiri dari berbagai motif dan semakin bertambah seiring perkembangan zaman. Motif batik Kawung menjadi salah satu motif batik tertua di Nusantara.
Koeswadji mengatakan dalam bukunya yang berjudul Mengenal Seni Batik di Yogyakarta, motif batik Kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo di Mataram yang hidup pada 1593-1645.
Di sisi lain, ada sumber yang menyebut bahwa motif Kawung sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Dikatakan, Raden Wijaya yang saat itu memerintah pada 1293-1309 telah memakai kain batik motif Kawung.
Baca Juga:
Luncurkan Buku Batik Pakualaman, GKBRAA Paku Alam: Budaya Itu Artinya Menjaga Hati
Keberadaan relief di Candi Prambanan dan Candi Borobudur yang menggambarkan motif yang mirip dengan motif batik turut memperkuat pendapat bahwa batik telah dikenal sejak masa tersebut.
Terinspirasi dari Buah Palem
Dalam versi Sultan Agung, motif Kawung tersebut diilhami oleh buah dari pohon aren atau palem yang buahnya berbentuk bulat lonjong berwarna putih jernih atau yang kerap disebut kolang-kaling. Motif ini berbentuk seperti irisan buah kolang-kaling dengan empat sisi simetris.
Adi Kusrianto mengatakan dalam buku Motif Batik Klasik Legendaris dan Turunannya, motif Kawung mengandung filosofi perwujudan dari konsep Mandala.
Konsep tersebut lahir dari agama Buddha dan dianut oleh orang Tibet sejak abad ke-5 SM. Kemudian mulai berkembang di berbagai bangsa, seperti India, Yunani, hingga ke Jawa.
Dalam ajaran Kejawen, konsep Mandala disebut sedulur papat limo pancer. Disebutkan dalam salah satu artikel penelitian tentang Simbolisme Motif Batik Kawung yang terbit dalam Jurnal Ilmiah Seni Budaya, sedulur papat limo pancer merupakan simbol tentang keempat penjuru arah mata angin atau kiblat.
Arah barat menjadi simbol ketidakberuntungan, arah timur memiliki makna sumber untuk segala kehidupan, arah utara memiliki makna arah kematian, dan arah selatan memiliki makna puncak dari segala-galanya.
Adapun titik di tengah motif tersebut merupakan simbol dari pusat kehidupan manusia di dunia.
Sementara itu, dalam ajaran Islam, Sunan Kalijaga mengatakan konsep tersebut merupakan lambang bahwa kelahiran manusia dibekali empat pengawal, dua di sebelah kiri oleh jin yang tugasnya menggoda dan menyesatkan, dan di kanan ada malaikat yang menganjurkan kebaikan.
Variasi Motif Kawung
Motif Kawung semakin berkembang dan memiliki turunan-turunan motifnya. Beberapa di antaranya Kawung Picis, Kawung Bribil, Kawung Sen, Kawung Beton, Kawung Cacah Gori, Kawung Geger, Kawung Kopi Pecah, Kawung Sari, Kawung Sekar Ageng, Kawung Semar, Kawung Buntal, Kawung Kembang, dan Kawung Variasi.
Motif Kawung sebagai salah satu motif batik tertua di Nusantara ini termasuk dalam motif larangan yang ada di lingkungan Keraton Yogyakarta. Dalam aturannya, motif ini hanya boleh dipakai oleh raja dan sentono dalem. [JP]